Berita Harian - FOKUS: Ramai-ramai demo Ahok, apa hasilnya?. Ibu Kota yang biasanya macet di hari-hari kerja, pada Jumat (14/10/2016) siang justru tambah ruwet. Betapa tidak, sejumlah arus lalu lintas (lalin) mesti dialihkan demi “menyediakan jalan” bagi massa ormas Islam yang melancarkan demonstrasi terhadap Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Soal tuntutan, tentu saja massa Front Pembela Islam (FPI) yang mengklaim datang menggeruduk Balai Kota DKI dengan 50 ribu orang, meminta polisi menangkap Ahok. Alasannya (masih) soal kasus dugaan penistaan agama.
Dugaan penistaan saat Ahok dalam sebuah video di Youtube menyatakan umat Islam dibohongi Surah Al Maidah 51. Massa pendemo menyatakan tuntutannya untuk polisi menangkap Ahok.
Tapi Ahok sendiri sebelumnya, mengatakan bahwa demo itu tidak hanya soal penistaan agama. Namun juga karena beberapa kasus yang sebelumnya melibatkan namanya. Sebut saja kasus Rumah Sakit Sumber Waras dan reklamasi.
“Ini kan intinya mereka cuma mau nyeret aku ke penjara, kan? Begitu, kan? Ini kan sebagian orang dari gerakan yang mau nyeret saya, mulai dari kasus Sumber Waras sampai reklamasi. Kan tujuannya cuma gimana Ahok bisa masuk penjara, (agar) enggak ikut Pilkada (Pemilihan Gubernur DKI 2017),” ketus Ahok.
Di sisi lain di tengah-tengah massa, ternyata mantan Ketua MPR RI Amien Rais juga ikut berdemo. Bahkan eks Ketua Umum PP Muhammadiyah itu juga ikut berorasi, seraya melancarkan ancaman, tidak hanya kepada Ahok, tapi juga Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
"Aparat penegak hukum, Ahok harus segera diproses hukum. Tolong Pak Jokowi dan Pak JK (Wakil Presiden RI Jusuf Kalla) yang punya hati nurani, jangan lindungi Ahok. Kalau Presiden coba-coba lindungi Ahok, kami bukan hanya demo di Balai Kota, tapi kita siap menduduki DPR dan Istana," seru Amien Rais.
Tapi pada saat klimaks demonstrasi, bukan pihak yang dituntut (Ahok) yang datang menemui massa. Justru Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto yang berbicara kepada massa.
Dia berjanji akan memeriksa Ahok soal dugaan penistaan agama tersebut. Selain Kabareskrim, Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan juga memberi seruan kepada massa agar menghindari aksi anarkis.
“Saya harap aksi berjalan dengan tertib dan tidak anarkis. Sebab tadi kan Kabareskrim telah menyatakan akan memeriksa Ahok," cetus Kapolda Irjen M Iriawan.
Tapi terlepas dari itu semua, coba renungkan apa hasil dari massa yang turun ke jalan dan tentunya mengganggu lalin di jantung Ibu Kota dalam setengah hari ini? Untuk masalah tuntutan, massa setidaknya sudah dijanjikan bahwa Kabareskrim akan memeriksa Ahok.
Kendati begitu, hasil lain dari aksi demo Ahok ini justru tambah bikin ruwet kondisi lalin Ibu Kota. Selain polisi harus menyiagakan 2.800 personel untuk mengawal demo Ahok, sejumlah arus lalin terpaksa dialihkan.
Jalan-jalan protokol di Jakarta Pusat yang tentunya berimpitan dengan Ring 1 (kawasan Istana Negara) harus ditutup. Belum lagi pengetatan keamanan di beberapa objek vital di Ring 1, seperti Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan Kantor Wapres JK.
Penutupan dan pengalihan arus lalin di beberapa jalan penting, malah tidak hanya terjadi di Jakarta. Tapi juga di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Medan (Sumatera Utara), di mana massa ormas Islam juga berdemo menuntut Ahok dipenjara.
Aksi demo Ahok di Balai Kota baru berakhir dan massa membubarkan diri pascawaktu Salat Ashar. Satu lagi “hasil” yang tak ketinggalan dari demo Ahok ini sebagaimana juga yang terjadi dalam gelaran yang melibatkan orang banyak, adalah sampah.
Belum lagi beberapa taman yang kini kondisinya rusak parah akibat terinjak-injak massa.
Sampah-sampah plastik tampak dominan terserak berantakan di jalan depan kantor Ahok. Hal yang pasti, pemandangan tak sedap ini akan jadi pekerjaan tambahan Dinas Kebersihan dan Dinas Pertamanan DKI untuk ditangani.
Baca juga: Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar diangkat jadi Menteri dan Wakil Menteri ESDM
Source : okezone.com
Baca juga: Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar diangkat jadi Menteri dan Wakil Menteri ESDM
Source : okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar